Jumat, 28 November 2008

Tutorial

Dalam sejarah pertikaian di bumi ini paling tidak ada dua arena dimana para pemilik senjata telah menemukan lawan yang seimbang. Pertama, adalah perang dunia II yang meletup di Eropa pada tahun 1940-an. Lalu perang Pasifik yang pecah pada tahun yang sama.
Di kedua ajang maha dahsyat tersebut, Amerika, Jerman, Prancis, Italia, Uni Sovyet, dan Jepang telah saling menemukan lawan tanding yang sama kuat. Mereka pun bertarung dalam kadar dan porsi yang semestinya.
Dalam banyak hal, Amerika memang memiliki keunggulan dan semangat yang lebih daripada negara lain. mereka selalu ingin mengarungi lautan, menjelajahi berbagai negeri, dan mencari sumberdaya alam yang baru. Untuk itu Angkatan Bersenjata AS menaruh perhatian besar pada kesigapan angkatan laut. 20 unit kapal induk digelar lengkap dengan grup tempurnya yang terdiri dari kapal penjelajah, perusak, dan kapal selam.


Simple Deck to Nuclear Power

Evolusi kapal induk terbilang cepat dalam beberapa decade. Hal ini dipicu oleh situasi ketegangan dunia dengan beberapa perang besarnya. Pada tahun 1913, dijadikan sebagai tonggak dimulainya pembuatan kapal induk pengangkut pesawat. Pada tahun tersebut Inggris telah berhasil membuat HMS Hermes sebagai pendarat pesawat.

Selain itu antara tahun 1910-1913, pilot-pilot Amerika, inggris dan Jepang sesungguhnya telah melakukan berbagai pengujian penerbangan dar kapal penjelajah yang telah dimodifikasi. Salah satunya tercatat pada Mei 1912, Letnan R Gregori berhasil menerbangkan pesawat dari HMS Hibernia. Muncullah era dimana ada istilah plane goes to sea. Pada era 1914-1918 Inggris telah mengoperasikan 14 kapal induk. Antara lain Hermes, Empres dan banyak dari kelas Engadine seperti Engadine, Riviera, Ark Royal, Ben My-Chree dan lainnya. Perancis pada masa yang sama mengoperasikan lima kapal induk: Foudre, Campinas, Nord, Pas-de-Calais dan Rouen. Paman Sam baru mengoperasikan CV-1 Langley pada Maret 1922.

Antara tahun 1903-2003, beberapa rancangan dek kapal induk dapat diamati perbedaannya. Bila pada mulanya dek dibuat terpisah dua bagian ( depan dan belakang dek dipisahkan oleh island), kemudian berubah menjadi landasan lurus menyatu, hingga landasan menyamping atau bersudut (angled). Bentuk evolusi ini dapat dilihat pada geometri lima kapal induk. Yakni Furrius(1918), USS Lexington (1939), Akagi (1941), Shangri-La (1957), dan USS Nimitz (1992).


Evolusi Dek Kapal Induk

HMS Hibernia, 1912




HMS Hermes, 1946



USS Nimitz, 1993



Nuclear Power

Dari berbagai upaya kerasnya, akhirnya AS berhasil membangun pencitraan kapal induk modern. Dengan sejumlah kapal induk bertenaga nuklirnya, AS pun tumbuh menjadi satu-satunya Negara penguasa lautan. Bahkan meninggalkan jauh rival sejatinya yakni Russia.
Dek besar dan daya jelajah yang tanpa batas. Itulah resep yang telah ditemukan dalam evolusi kapal induk sehingga muncul istilah super carrier. Satu yang perlu digarisbawahi, perubahan bentuk dan dimensi kapal induk tidak lepas dari penciptaan pesawat jet. Ke depan, rancangan ini akan ditambah dengan spesifikasi siluman mengiringi perkembangan teknologi radar yang semakin canggih.

Selain dek yang besar, super carrier juga punya lambung yang besar. Disini tersimpan berbagai muatan yang sangat penting disamping pesawat dan persenjataan tentunya.
Evolusi pada bagian mesin juga telah menentukan kehebatan kapal induk. Dengan mesin bertenaga nuklir, misalnya, sebuah super carrier bisa diperintahkan menjalankan misi dimanapun didunia dalam waktu kurang dari 48 jam.
Mesin bertenaga nuklir juga memungkinkan kapal induk menjelajah lebih lama dengan bahan bakar yang jauh lebih irit. Denga reactor nuklir, sebuah kapal induk cukup mengisi bahan bakar hanya sekali dalam 20 tahun.


Benteng baja.

Sebagai kapal raksasa berukuran panjang sanpai 300 meter, kapal induk setara benteng. Sebagian besar komponen kapal induk terbuat dari baja yang tebal. Alasannya, baja cukup kuat menaha serangan picisan. Akan tetapi akibatnya total bobot kapal induk bisa mencapai puluhan ribu ton. Kapal induk kelas ringan, Moskwa atau Leningrad milik Russia yang membawa helicopter anti kapal selam saja, beratnya lebih dari 17.000 ton. Berat Kuznetshov pembawa Sukhoi SU-33 Flanker atau carl Vinson dan Nimitz sekitar 65.000-75.000 ton. Sebagian merupakan berat rangkaian baja yang menjadi struktur utama kapal.

Kapal induk semakin kuat pertahananya dengan kehadiran system persenjataan pertahanan diri. System ini sangat sulit ditembus. Sebai contoh, kapal induk kelas Nimitz disebut mempunyai system pertahanan diri berupa Phalanx dan Sea Sparrow, senjata mesin dan rudal anti rudal ini berfungsi mematahkan serangan rudal anti kapal yang mengincar kapal.
Pertahanan tersebut semakin kuat dengan hadirnyakapal frigat, penjelajah dan perusak serta kapal selam yang selalu mengiringi kapal induk kemanapun perginya. Masing- masing memiliki kemampuan bertahan dan serang yang mematikan.





Gugus tempur USS Lincoln, yang terdiri dari 4 buah kapal selam kelas cassablanca, 4 unit kapal kelas penjelajah, 6 unit destroyer, 4 unit frigate, dan 2 unit kapal logistik.



Untuk Mengamankan Obyek Strategis


Mengapa Amerika Serikat lebih banyak menggelar kapal induk daripada rivalnya, Uni Sovyet ? pertanyaan ini pernah mengemuka saat perang dingin berkecamuk, dan masih terus terus bergulir setelah Uni Sovyet melebur diri jadi Russia. Jawabannya begitu dicari karena dengan sendirinya memang akan menjadi latar belakang kisah perseteruan yang paling akbar sepanjang zaman.

Bagi Sovyet, arsenal penjaga perairan paling efektif adalah armada kapal selam yang berkemampuan meluncurkan rudal balastik. Mereka memilih kapal bawah permukaan air ini karena lebih aman dari pantauan satelit mata-mata milik AS dan bisa beroperasi secara individual. Hingga 1989, Uni Sovyet diyakini memiliki sekitar 300 unit kapal selam, atau kira-kira dua kali lipat yang dimiliki AS.


kapal selam Russia kelas Lada, yang menjadi arsenal utama penjaga garis pantai


Lain halnya dengan Amerika Serikat. Paman Sam lebih cenderung menaruh perhatian pada armada kapal induknya mengingat obyek strategis yang harus dijaga terpencar di berbagai Negara yang di pisah dua lautan. Obyek yang dijaga tentunya Negara-negara sahabat yang memiliki ladang minyak yang terbesar di wilayah timur tengah, serta sekutu-sekutu yang berada di wilayah Eropa dan Pasifik barat.


Kamis, 27 November 2008

Take off dilempar, Landing Tanpa Rem


take off-landing dari geladak kapal berbeda denga take-off landing dari landasan di permukaan tanah datar. Perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan karakter landasan. Lendasan pada kapal induk selalu bergerak, serta pendek dan sempit. Sementara itu landasan di tanah datar tidak pernah berpinda tempat, serta lebar dan panjang.

Kapal induk modern bisa berlayar pada kecepatan 30-40 knots, artinya kecepatan angin yang bertiup diatas geladak kapal hampir sama dengan kecepatan pesawat baling-baling F-4B yang melaju dengan kecepatan 50 knots. Jadi, untuk tinggal landas, pilot tinggal memacu pesawatnya menentang arah angin sehingga roda pesawat cepat terangkat.

Masalah jadi berubah ketika para ahli perang berniat mengusung jet tempur ke atas geladak. Jet tempur memiliki karakteristik yang berbeda. Umumnya jet tempur membutuhkan kecepatan yang sangat tinggi, diatas 150 knot. Dengan segala kemampuannya, sulit bagi jet tempur untuk mencapai kecepatan tinggal landasnya itu dalam jarak tidak lebih dari 100 meter. Untuk itu dibutuhkan sebuah alat yang berfungsi untuk mempercepat akselerasi pesawat. Alat ini dikenal sebagai ketapel.

Sebetulnya system ketapel sudah dikembangkan sejak perang dunia. Ketika itu telah pula diterapkan pada pesawat berbaling-baling. Hanya saja ketika itu teknologinya masih sangat sederhana.pada masa awal perkembangannya, ketapel ketapel kapal induk diuji dengan dart, torpedo bomber yang ngetop pada tahun 1952.

Pada perkembangannya, system ketapel model rel ini dinilai kurang efisien karena untuk menerbangkan sebuah pesawat saja memerlukan waktu yang lama. Akibatnya berkembang ketapel model baru yang antara lain dikembangkan oleh AL AS. Sistem baru ini menempatkan alat pelontar diatas geladak. Dan system ini berkembang menjadi ketapel bertenaga hidrolik.


Pada kapal induk USS Nimitz, perangkat pelontar dari jenis C-13 yang mampu melontarkan pesawat seberat 40 ton dari posisi diam ke kecepatan 300 km/jam hnya dalam waktu 2 detik. Dalam teknologi yang baru ini, pada siang hari awak geladak bisa melontarkan dua pesawat setiap setengah sampai satu menit. Pada malam hari satu pesawat setiap satu menit.

Landing Tanpa Rem

Sama halnya dengan tinggal landas, proses pendaratan di kapal induk pun membutuhkan keterampilan ekstra hebat. Selain kerena landasan yang selalu bergerak, juga karena landasan yang pendek dan sempit. Dan semua pilot kapal induk sepakat kalau pendaratan menjadi fase tersulit dalam penerbangan. Prosedurnya sungguh berbeda dengan pendaratan di tanah lapang. Di pendaratan ini terbentang kabel penahan dan pengerem laju pesawat. Untuk itu sang pilot musti mempunyai skill yang sangat luar biasa.

Saat mendaratkan pesawatnya, pilot harus bisa menyangkutkan pengait pada pantat pesawatnya ke salah satu dari empat kabel penahan. Kabel penahan ini terbentang dari kiri ke kanan kabel pendarat. Tingginya dari permukaan hanya 30 cm. bentang pertama berada 40 meter dari ujung belakang kapal. Jarak antar kabel 5-10 meter tergantung jenis kapal. Artinya kotak pendarat pada kapal induk hanya sejauh 25-50 meter.

Kotak pendarat yang amat pendek jelas menuntut prosedur pendaratan yang amat berbeda dengan mendarat di tanah lapang. Bila di tanah lapang, kecepatan boleh dibuat serendah mungkin, mendarat di kapal induk kecepatan pesawat dijaga agar tetap tinggi. Minimal diatas kecepatan stall atau setinggi kecepatan pada saat tinggal landas. Pada pesawat F-18 Hornet sekitar 150-160 knot.

Uniknya, setelah roda menyentuh permukaan dan hook terkait pada salah satu kabel, bukan rem yang diinjak, melainkan membuka throttle selebar mungkin. Mengapa ? bila saja pengait pada pesawat gagal menyangkut pada salah satu penahan, pesawatpun bisa langsung terbang lagi. Makanya pesawat pada kapal induk dibuat khusus dengan kemampuan airframe dan kaki-kaki yang amat kuat. Karena kedua bagian inilah yang amat menentukan pada saat mendarat


Amfibi Pengusung Pesawat

Paska perang dunia II kebutuhan kapal induk tak hanya dirasakan oleh armada AL saja. Marinir AS juga membutuhkan kapal ini. Apalagi sebagai kekuatan inti pendaratan pantai (amfibi). Mereka menganut taktik perang terintegrasi, artinya selain pasukan dan kapal pendarat, armada juga membutuhkan bantuan udara.

Berbekal taktik tadi maka pada era 70-an muncul varian kapal induk serang amfibi, atau sering diberi kode LH. Secara teknis desainnya sangat berbeda dengan super carrier. Secara fisik kapal ini mempunyai dimensi lebih kecil dari super carrier.

Pada kapal induk amfibi tidak dijumpa ketapel pelontar. Pada dek kapal ini hanya nongkrong wahana udara yang bisa tinggal landas dan mendarat secara vertical. Pesawat dengan kemampuan Vertical take off and landing macam sea Harrier tak membutuhkan pelontar untuk terbang.

Bila bagian perut kapal dibongkar maka akan tampak kelebihan kapal induk amfibi daripada kapal induk biasa. Sebut saja pasukan mariner berjumlah dua batalyon yang bisa diusungnya. Lalu sejumlah hovercraft pendarat.



Biar tambah lengkap maka kapal induk amfibi juga mempunya kemampuan menggotong kendaraan tempur lapis baja. Mulai ranpur angkut personel berpenggerak rantai LVTP-7 hingga MBT ( Main Battle Tank ) M1 Abrams.




Kelas Wasp

Kapal induk amfibi AS Kelas Wasp adalah kapal induk amfibi terbesar yang ada sekarang. Pertama kali masuk dinas operasional pada tahun 80-an, kapal ini langsung memancing perhatian AL AS.penyebabnya tak lain adalah kapasitas angkut yang lebih besar. Diatas deknya bisa bertengger selusin heli CH-46 Sea Knight, 4 heli CH-53 Stallion, setengah skadron AV-8B Harrier, 3 heli Huey, dan 4 heli tempur AH-1W Super Cobra. Saat ini AS mengoperasikan 7 unit kapal jenis ini.


Data teknis :

Operasional : kapal pertama, USS Wasp (LHD-1), 29 Juli 1989.

Bobot : rata-rata diatas 40.000 ton

Dimensi : panjang 253.2 meter; lebar 31,8 meter

Kecepatan : diatas 20 knot

Persenjataan : pesawat 29 unit; dua unit rudal sea sparrow,CIWS, Phalanx, serta beberapa kanon caliber 25 mm dan senapan mesin berat caliber 12,7mm.

Awak : 1108 orang ( diluar pasukan )



Sabtu, 25 Oktober 2008

Sang Pengawal

Kemanapun kapal induk berlayar, ia selalu diikuti oleh para pengawalnya. Mulai dari kapal penjelajah (cruiser), fregat, destroyer,kapal selam hingga kapal angkut logistic. Mereka semua bertanggung jawab atas keselamatan dan keamanan kapal induk dari ancaman serangan udara, atas permukaan, dan bawah permukaan. Berikut profil singkat kapal-kapal perang pengawal super carrier.

Kapal Penjelajah kelas Ticonderoga
mempunyai kode CD atau singkatan dari Cruiser Guided. Bertugas untuk melindungi gugus tempur kapal induk dari bahaya pesawat, kapal permukaan, dan juga kapal selam lawan. Semua tugas tadi dikoordinasikan pada suatu system pertahanan yang dinamakan system AEGIS. Kapabilitas lain yang dimiliki adalah melontarkan rudal jelajah Tomahawk.

Data Teknis
Sumber tenaga : Empat buah mesin turbin General Electric LM2500
Dimensi : Panjang, 567 kaki, lebar 55 kaki , bobot 9.600 ton
Kecepatan : lebih dari 30 knot
Pesawat : dua heli SH-2 Seasprite (LAMPS MK II) atau heli SH 60 Seahawk
Awak : 24 orang perwira serta 340 orang pelaut
Persenjataan : Sistem peluncur rudal standard (Mk 26/ Mk 41), roket anti kapal selam ASROC, Tomahawk



Kapal Selam Kelas Los Angeles
Armada AL AS rupanya tak bakal lupa akan keganasan U-Boat Nazi semasa PD II. Mereka berhasil menenggelamkan kapal-kapal sekutu hingga jalur suplai nyaris binasa. Ancaman-ancaman tadi tak boleh terjadi pada gugus tempur kapal induk AL AS. Efeknya kini armada kapal induk AS juga dilengkapi dengan kapal selam kelas Los Angeles. Kapal selam bertenaga nuklir ini derancang untuk menghantam target di atas Maupin di bawah permukaan air.kesaktian makin terdongkrak gara-gara kemampuan melontarkan rudal jelajah Tomahawk juga ditambahkan. Walhasil sasaran yang dilahap tak hanya sebatas kapal musuh saja. Melainkan juga posisi-posisi strategis lawan yang berada di daratan. Ini jugamerupakan taktik jitu untuk membuka jalan bagi jet-jet serang dari kapal induk. Pilihan kelas kapal selam yang dipakai beragam, mulai kelas Virginia, Seawolf, hingga kelas Los Angeles.

Data Teknis Los Angeles :
Sumber tenaga : Satu unit reactor nuklir plus satu unit mesin turbin.
Dimensi : Panjan 360 kaki, lebar 33 kaki
Kecepatan : sekitar 20 knot
Awak :13 orang perwira serta 121orang pelaut
Persenjataan : Rudal Tomahawk dengan peluncur vertical, empat tabung pelontar torpedo Mk 48.

Mulai operasional sejak 13 November 1976, sekarang AS mengoperasikan sekitar 50 kapal selam jenis ini.



Kapal Perusak Kelas Spruance
Fungsinya tek lepas dari memburu kapal selam lawan. Tapi kesaktian ini bertambah manakala system pertahana terpadu AEGIS ditambahkan pada awal era 90-an. Tambah hebat lagi destroyer ini juga mempunyai kemampuan melontarkan rudal jelajah Tomahawk








Data teknis Spruance:
Sumber tenaga : Empat buah mesin turbin General Electric LM 2500
Dimensi : Panjang 563 kaki, lebar 55 kaki
Kecepatan : 33 knot
Pesawat : dua heli SH-60 Seahawk
Awak : 30 orang perwira serta 365 pelaut
Persenjataan : Dua tabung denga delapan rudal antikapal Harpoon, system peluncur roket anti kapal selam ASROC, Tomahawk, dua unit CIWS Phalanx, Enam buah torpedo Mk 46, dua unit meriam Mk-45 kaliber 5 inchi, serta peluncur rudal anti pesawat RIM 7P NATO Sea Sparrow.



Fregate Kelas Oliver Hazard Perry

Punya satu fungsi special saja. Entah itu anti pesawat, anti kapal selam, atau anti kapal permukaan. Oleh karenanya kapal ini tak harus mengusung perangkat elektronik selengkap destroyer. Apalagi dibandingkan dengan kapal penjelajah.

Data Teknis :
Sumber tenaga : Dua buah turbin General Electric LM 2.500
Dimensi : Panjang 453 kaki, lebar 45 kaki, bobot 4.100 ton
Kecepatan : 29 knot
Pesawat : dua heli S-60 Seahawk
Awak : 17 orang perwira serta 198 orang pelaut.
Persenjataan : rudal standard, rudal anti kapal Harpoon, satu unit Phalanx, enam buah torpedo Mk 46, datu unit meriam berkecepatan tinggi Mk-75 kaliber 3 inchi.





Kapal Suplai
Bertugas untuk mengusung keperluan logistic dari gugus tempur kapal induk. Untuk itu maka AL AS sekarang mengoperasikan dua tipe kapal suplai. Masing-masing adalah dari kelas Sacramento dan Supply. Secara umum kapal ini mampu menggotong BBM sebanyak 177.000 barrel, amunisi seberat 2.150 ton, serta bahan makanan berbobot 750 ton. Selain itu pada bagianbelakang terdapat pula dek pendarat heli. Dek ini mampu menampung dua heli sekelas CH-46 Sea Knight. Dengan demikian untuk mensuplai kebutuhan tertentu kapal tidak usah merapat. Cukup dengan menggunakan heli-heli tersebut.

Data Teknis Sacramento:
Sumber tenaga : Empat buah mesin turbin
Dimensi : Panjang 793 kaki, lebar 107 kaki, bobt 50.000 ton (full load)
Kecepatan : 26 knot
Pesawat : Dua heli CH-46 E Seaknight
Awak : 24 orang perwira serta 576 orang pelaut
Harga : 400 hingga 500 juta Dollar AS per unit